Menanamkan Tauhid pada anak adalah hal utama dalam pendidikan anak dan harus dimulai sejak dini meskipun metode pengajarannya perlu disesuaikan dengan tahapan usia anak. Penanaman kuat tauhid sejak dini akan mempermudah proses latihan anak-anak untuk bisa mandiri dalam hal beribadah.
Proses ini tentunya bukan perkara mudah tapi tetap harus diperjuangkan. Satu catatan penting bagi saya saat menjalani proses ini adalah bahwa yang utama adalah memulainya dengan tazkiyatun nafs, berusaha mendidik diri untuk sholehah lebih dulu sebelum mengarahkan anak menjadi sholeh/sholehah. Karena anak lebih sering melakukan apa yang kita CONTOHKAN lebih dari apa yang kita KATAKAN.
Latar belakang di atas mendorong saya untuk menjadikan latihan kemandirian beribadah pada anak sebagai fokus pertama pendampingan kemandirian anak. Tantangan program ini bagi saya adalah bagaimana saya bisa membuat anak mencintai Alloh, dan melaksanakan ibadah atas dasar cinta, ikhlas tanpa paksaan. Dengan komposisi 2 anak dibawah 7 tahun dan 1 anak di atas 7 tahun, metode melatihnya tentu tidak bisa disamakan. Kalau dengan Haura (9thn 11bln) mungkin bisa lebih tegas, namun untuk Salika (5 thn 10 bulan) dan Farih (4thn 3 bln) yang masih perlu ditumbuh dan dirawat fitrah imannya tentu butuh strategi yang berbeda.
Ustadz Harry Santosa dalam tulisan beliau yang berjudul “Mendidik bukan Mengajar’ menyatakan bahwa anak yang fitrah imannya tumbuh dalam wujud bergairah cintanya kepada Allah, kepada Rasulullah SAW, kepada Islam, kepada Al-Quran akan menjalani perintah Allah sepanjang hidupnya, meneladani Rasulullah SAW sepanjang hayatnya, mendalami dan mengamalkan Al-Quran dengan antusias sampai ajalnya.
Namun anak yang ditargetkan ini dan itu sebelum cintanya tumbuh bisa jadi akan membuang Syariahnya ke tempat sampah ketika dewasa kelak. Anak yang terlalu cepat diadabkan sebelum gairah cintanya tumbuh kelak akan berpeluang membenci adab dan menjadi tidak beradab.
Tulisan ini begitu mengena di hati saya, dan akhirnya saya mencoba mempraktekkan tips 5 CARA MEMBUAT ANAK CINTA SHALAT yang diringkas dari simpletips4mom.com. 5 tips tersebut adalah :
- Jadikan shalat sebagai hal prioritas bagi diri kita sendiri.
Memori di masa lalu terkait shalat, misalnya melihat orangtua shalat dengan khusyuk dan istiqomah dapat menjadi penguat yang membuat anak menjadikan shalat sebagai hal penting dan prioritas bagi mereka.Oleh karena itu di manapun anda berada, apakah di luar rumah atau saat melakukan suatu kegiatan, ketika datang waktunya shalat, maka lakukan shalat dan biarkan anak kita melihatnya. Fokuslah pada diri anda sendiri. Bersegera untuk shalat dan katakan dengan keras pada diri sendiri, “Subhanallah, saya harus segera shalat, Allah sedang menunggu”
Pesan apa yang anda sampaikan melalui tindakan tersebut?
Anda memperlihatkan keinginan untuk menyenangkan Allah SWT. Keinginan untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, keinginan kuat untuk menunaikan kewajiban dan komitmen untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Keinginan kita untuk menghentikan apa yang sedang kita lakukan dan mendahulukan shalat adalah adalah hal krusial, terutama ketika ada sepasang mata kecil yang sedang mengamati kita.
- Bergembiralah dan tunjukkan kehangatan saat mengajak anak shalat
Saat subuh, sisihkan waktu untuk berdoa dan membaca Qur’an dengan perlahan untuk menenangkan hati kita. Setelah kita merasa nyaman, bangunkan anak-anak kita dengan baik, tanpa berteriak atau memaksa. Misalnya, dengan duduk di pinggir tempat tidur sambil membacakan surat yang kita sukai. Atau dengan berdzikir sambil menggendong anak kita yang mengantuk, hingga benar-benar terbangun.
- Gambarkan keindahan shalat
Anak-anak senang mendengarkan cerita. Kita dapat menggunakan cerita untuk mengajarkan hal-hal penting. Hal ini akan tertanam dan berarti dalam hidup anak. Hindari menghubungkan shalat dengan hukuman ketika memperkenalkannya pada anak-anak. Gambarkan betapa cinta Allah begitu besar kepada mereka. Mulailah dengan menerangkan pada anak apa artinya shalat. Misalnya, sampaikan pada anak bahwa dengan shalat maka kita memiliki waktu pribadi untuk “berbicara” pada Allah menceritakan perasaan, masalah dan bahkan kebahagiaan kita. Apa yang kita butuhkan, mimpi-mimpi dan juga harapan kita. Dan bahwa dengan menyampaikan ini semua, kita menjadi merasa lebih baik, merasa dicintai karena Allah mencintai kita melebihi cinta ibu kita. Dorong anak untuk shalat di mana pun mereka berada, sedang melakukan apapun. Karena Allah akan sangat mencintai dan menunggu janji pribadi untuk bertemu dengan-Nya.
Tujuan kita
– Kita ingin anak mengembangkan kebiasaan shalat
– Kita ingin anak kita senang “berkomunikasi” dengan Allah
– Kita ingin anak kita memiliki dorongan keinginan untuk shalat
– Kita ingin anak memahami bahwa shalat adalah kewajiban dan bukan pilihan (boleh ya atau tidak dilakukan)
Tantangan kita
– Beberapa di antara kita pernah meninggalkan shalat dan kita tidak ingin anak kita mengalami hal tersebut.
– Kita tidak ingin anak membenci shalat atau mengaitkan shalat dengan hal yang negatif.
– Kita tidak ingin anak kita berbohong, mengatakan sudah shalat padahal sebetulnya tidak melakukan.
Pikirkan tentang diri kita sendiri dan masa-masa di mana kita mengalami pasang-surut saat shalat, dan jujurlah pada diri kita sendiri. Dalam 1 tahun, apakah kita selalu tepat waktu dan khusyuk pada setiap shalat kita? Oleh karena itu bagaimana mungkin kita mengharapkan kesempurnaan pada anak-anak kita sementara kita sendiri tidak sempurna? Marilah kita fokus pada hal yang penting, yaitu, meningkat secara perlahan namun pasti. Konsisten sepanjang hidup.
- Lemah lembut dan bersabarlah ketika shalat
Memang ada hukum dan kewajiban shalat yang perlu kita patuhi dan ikuti. Kita juga tahu kebiasaan membutuhkan waktu/proses untuk terbentuk. Mengajarkan anak shalat sejak dini adalah gagasan yang baik. Cara yang paling tepat untuk menerapkan hukum adalah dengan keras pada diri sendiri namun sabar dan mudah memaafkan pada orang-orang di sekitar kita.
Ketika datang waktu shalat
– Ingatkan anak dengan cara yang menyenangkan
– Tanyalah anak laki-laki kita, apakah bersedia beradzan atau memanggil setiap orang shalat.
– Dorong anak untuk shalat berjamaah dan memperoleh hadiah
– Shalatlah di depan anak-anak, terlepas apakah anak mengikuti atau pun tidak. Ini bukan dengan maksud pamer akan tetapi untuk mengingatkan dengan lembut.
– Lakukan saja.
- Ketika anak kita shalat, puji dan berdoalah untuknya dengan suara keras.
Ciuman atau pelukan pada anak adalah cara lain yang bagus untuk menunjukkan rasa cinta kita dan persetujuan terhadap mereka. Cara ini lebih baik daripada mengingatkan anak terus menerus dan menilai kesalahan dalam shalat anak. Karena memaksa dan fokus pada kesalahan anak ternyata lebih banyak menyakiti anak.
Alhamdullillah, setelah berusaha mengamalkan tips ini, anak-anak berangsur-angsur mulai sedikit tertib sholatnya, terutama sholat subuh. Walaupun kadang masih berat melaksanakannya dan untuk bangun jpagi juga belum bisa dilakukan sebelum subuh tapi minimal mereka sudah menunjukkan progress yang lebih baik. Saya pun jadi lebih kalem (baca:gak ngomel-ngomel di pagi hari).
Berikut beberapa portofolio anak-anak yang sempat terekam oleh saya :
Waktu Sholat Subuh Haura
Waktu Sholat Subuh Salika
Waktu Sholat Subuh Farih
Tips terakhir sebagai penutup tulisan pengikat ilmu ini adalah : Sisipkan DOA di setiap selesai sholat kita.
Titipkan anak-anak pada Alloh yang Maha melembutkan hati, semoga Alloh selalu menyirami hati kita dan keluarga dengan hidayah-Nya sehingga selalu dimudahkan untuk beribadah dan melakukan amal sholeh lainnya.
#AnnisaMirantyGumay
#Hari2
#Level2
#MelatihKemandirian
#KuliahBunSayIIP